Televisi yang terus meracuni pikiran
masyarakat kita untuk membuat apa yang ditampilkan di televisi menjadi standar
dalam hidup, membuat nilai-nilai luhur yang telah tertanam di dalam masyarakat kita menjadi tergeser
oleh nilai-nilai baru yang tidak bernilai yang ditampilkan televisi. Memang
tidak semua yang ditampilkan televisi
tidak bernilai, tapi hampir semuanya tidak bernilai. Dari mulai
berita-berita bohong yang hanya untuk mengejar pencitraan publik, sampai acara
joged-joged tidak jelas.
Filmnya? Apa yang bisa diharapkan dari film
horror sampah kita, Kalaupun ada yang bagus itupun film yang bernuansa
kekerasan “The Raid” yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang ada di negeri
ini, karena aparatnya hanya sibuk menilang pemotor, razia PSK dan pedagang kaki lima dan menembaki mati para
“TERDUGA” teroris yang mungkin terorisnya adalah buatan mereka sendiri.
Sinetron? Hanyalah sebuah pengulangan cerita dari sinetron sebelumnya hanya
pemerannya saja yang berbeda. Coba bayangkan, sinetron yang bernuansa perebutan warisan mempunyai
latar belakang musik film box office macam “300” bagaimana ini tidak lucu!??
Tentu tidak lucu bagi para ibu-ibu.
Dan pagi ini ketika saya bangun tidur
iseng nyalain televise dari hp China saya, saya gak sengaja lihat acara gossip
di salah satu televisi swasta, dan apa beritanya?? Seorang ayu Tingting yang
telah menghapus nomer telefon Raffi Ahmad dari kontak Hpnya. Mereka berdua
dikonfirmasi mengenai berita tersebut oleh wartawan gossip yang bersangkutan
dan keduanya mengelak tuduhan itu dan menegaskan hubungan mereka baik-baik saja
meskipun Raffi adalah sahabat dekat Enji suami Ayu tingting. Mual, mata
berkunang-kunang langsung melanda tubuh saya, BERITA APA INI!!!??
Saya termasuk orang yang jarang nonton televisi,
bukan karena saya sibuk tapi karena televisi bagi saya sudah tidak mengasikan
seperti saat era Pesta Ceria di Indosiar, Siaran pedesaan di TVRI, Looney Tunes
di TPI atau Astro Boy di Sctv. Tontonan Tv saat ini membuat saya memiliki
kebiasaan aneh saat nonton tv, kebiasaan yang saya maksud adalah saya sangat
suka melihat “Cast” (apa itu bahasa Indonesianya saya g tau) yang muncul
tulisan-tulisan seperti kerabat kerja kalau era TVRI dulu, saya penasaran siapa
orang-orang yang telah membuat acara yang saya tonton ini. Dan hal yang membuat
saya aneh adalah bahwa hampir semua acara gossip yang ada ditelevisi diproduksi
oleh satu orang yang sama,meskipun nama acara program disetiap televisi
berbeda-beda, Anda bisa cek sendiri
kalau tidak percaya. Lalu timbul dari saya sebuah pemikiran, kalau begitu tidak
aneh jika artis-artis yang sering tampil di layar Hp China saya kualitasnya
hampir sama dengan Hp saya, atau mungkin dibawahnya. Pemuatan berita yang
mungkin terkesan dipaksakan demi untuk “mentenarkan” salah satu orang yang
mungkin juga orang dekat si pemimpin
produksi atau orang yang telah rela membayar agar ditenarkan membuat
televisi saya benar-benar rusak! Anda pasti tau 2 artis ternama yang karena
ketenarannya membuat kedua adiknya ikutan nebeng tenar padahal secara kualitas
mereka tidak memilikinya. Ayolah ini bukan dunia Politik dimana KKN sudah
memiliki nama dan tempat tersendiri, ini dunia televisi, akan menjadi hal yang
lucu jika kelakuan seperti itu disebut KKN, tapi ini memang KKN! Sepertinya
kita perlu membuat istilah baru.
Dunia
Komedi juga sama saja, para pelawak kita saat ini seperti kehabisan bahan untuk
melucu sehingga yang kita tonton setiap hari hanyalah banyolan yang merendahkan
fisik orang lain. Namun saya cukup terkesan dengan dunia komedi yang ada di
televisi kita, bayangkan saja, penonton di planet mana yang menonton sebuah
pertunjukan bukannya membayar tapi malah dibayar!! Bukankah ini hal yang paling
konyol dan lucu dari dunia komedi kita?? Atau ini hanyalah sebuah bukti sahih
bahwa mereka tidak layak ditonton sehingga minat penonton untuk menontonpun
tidak ada. Mungkin gak lama lagi, kita yang menonton mereka dari televisi juga
akan ikutan dibayar.
Kemudian
adalah dunia berita kita, saya sebenarnya bingung siapa sih sebenarnya presiden
kita, SBY atau Jokowi? Presiden dihujat tapi gubernur dipuja, pemberitaan yang
tidak fair membuat Negara kita mungkin telah menjadi “Lautan fitnah” kata SBY.
Saya suka Jokowi, apalagi sama Ahok, saya rasa mereka berdua adalah pemimpin
paling serasi yang pernah saya lihat di televisi, dimana Jokowi turun langsung
kerakyat dan Ahok mengurusi pemerintahannya, tidak ada yang salah karena memang
itu tugasnya, tapi kenapa saya tadi sebut ini tidak fair? Lihatlah apa yang ada
di televisi kita setiap pagi, siang, sore, malam setiap ada berita pasti ada
wajah Jokowi! Ayolah Jokowi bukan seorang dewa, mungkin rating berita tentang
Jokowi sangat tinggi sehingga beritanya ditayangkan terus.
Jika
itu alasan pembuat berita kenapa terus menerus menayangkan Jokowi, maka saya
mengibaratkan Jokowi itu seperti lagu Oplosan. Saya orang jawa, mendengar lagu
Oplosan itu di radio-radio sudah sangat lama dan saya merasa tidak ada yang
istimewa, namun semenjak lagu itu ditayangkan rutin sebagai lagu pengiring
joget gajelas di salah satu televisi swasta yang sering ditonton ibu saya, saya
jadi suka lagu itu. Yah,menurut saya, pun begitu pula dengan Jokowi. Komentar
beliau yang menggelitik saya adalah ketika ditanya wartawan tentang banjir yang
masih mengepung Jakarta di era pemerintahannya,
beliau mengatakan jangan salahkan saya karena banjir sudah ada sejak gubernur
yang dulu menjabat. Lalu timbul sebuah kesimpuan dari saya tentang Jokowi, jadi
Pak jokowi juga sama saja dengan gubernur-gubernur dahulu yang menjabat ibukota
karena sama-sama tidak dapat menyelesaikan masalah banjir, dan keseringan beliau
masuk televisi sajalah yang membedakan
beliau dengan gubernur-gubernur yang sudah ada sebelumnya. Jokowi bukan seorang
dewa, itu benar, tapi penayangan berita secara seporadis yang melibatkan Jokowi
tentu juga bukanlah hal yang baik.
Dan
persoalan banjir ini seolah menjadi sasaran empuk bagi Jokowi haters, salah
satunya adalah televisi yang dikomandoi Bandar lumpur (IYKWIM) berkali-kali
berusaha memojokan Jokowi, ya mungkin karena keinginan sang Bandar untuk maju
sebagai Presiden di Pemilu 2014 yang
elektibiltas perolehan suaranya kalah jauh sama Jokowi diberbagai survey
pencalonan presiden membuat sang Bandar berusaha menjegal Jokowi dengan semua
“alat” yang dia miliki. Dan satu lagi, masih ingatkah Anda dengan kuis
kebangsatan, dimana peneleponnya sudah tau jawabannya sebelum tokoh parpol yang
diundang di acara yang ditayangkan disalah satu televisi swasta itu mengajukan
petanyaan?? Satu hal, ini sama sekali tidak lucu, tapi ini memprihatinkan.
Mungkin
ini realita yang terjadi pada televisi kita saat ini, meskipun berbeda merek tv
dan antenna, saya rasa kurang lebih kita memiliki perasaan yang sama pada apa
yang kita saksikan saat ini. Atau mungkin ini hanyalah sebuah pemikiran kotor
saya saja terhadap apa yang terjadi pada televisi kita, tapi saya rasa di dunia
sekotor ini akan tidak logis jika kita terus berfikir bersih.
04-Februari-2014
10.55 AM.
Tidak ada komentar